Jayapura, Papua – Semangat para guru penerima beasiswa Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) untuk memajukan pendidikan di pelosok negeri terus diasah dan diberikan motivasi dalam mengabdi di Papua. Kali ini, para mentor mentor dari IAIN Fattahul Muluk Papua memberikan bimbingan dan motivasi dalam mengajar di Papua.
Program pembinaan yang diselenggarakan oleh Baznas ini mengundang para pakar pendidikan dan praktisi berpengalaman untuk berbagi ilmu dan pengalaman mereka kepada para guru. Para mentor ini berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari akademisi, pengajar, hingga aktivis pendidikan. Di balik program pembinaan ini, terdapat misi mulia untuk membangun negeri melalui pendidikan. Para guru beasiswa Baznas, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, memiliki tekad yang kuat untuk mencerdaskan anak bangsa di pelosok negeri. Mereka rela mengabdikan diri untuk mengajar di sekolah-sekolah terpencil dengan kondisi yang serba kekurangan.
Kegiatan pembinaan mengangkat tema tentang “Guru Papua Mengabdi: Desikasi tak terbatas dalam pendidikan di ujung timur Indonesia” yang diselenggarakan secara Zoom metting karena perbedaan lokasi guru yang berbeda. Kegiatan ini dilakukan pada hari Ahad, 18 Mei 2024 yang dihadiri 40 peserta.
Dalam kegiatan ini turut hadir Warek 1 bapak Dr. H. Talabuddin Umkabu, M.Pd memberikan motivasi kepada para guru penerima beasiswa Baznas. Beliau menyampaikan bahwa memberikan fasilitas biaya kuliah bagi guru-guru yang mengabdi di Papua dengan menjalin kerjasama Baznas selaku pemberi beasiswa. Harapan beliau agar para guru memanfaatkan kemudahan biaya ini dalam meningkatkan kualifikasi pendidikannya. Dengan cara berperan aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Baznas dan rajin dalam kuliah walaupun sambil mengajar ujar Warek 1 tersebut. Beliau menambahkan bahwa akan selalu mengevaluasi mahasiswa penerima beasiswa Baznas sebagai dasar pengusulan nama-nama penerima beasiswa Baznas.
Pembinaan ini dimentori oleh ketua Prodi PGMI IAIN Fattahul Muluk Papua yakni Didik Efendi, M.Pd. Dalam pembinaan tahap kedua ini beliau menyampaikan terkait tantangan mengajar di tanah Papua. Menurutnya ada beberapa tantangan dalam mengajar di Papua seperti kultur budaya yang berbeda, akses jalan yang belum merata, fasilitas yang belum terstandar, motivasi guru yang rendah, motivasi siswa dalam bersekolah dan keamanan. Namun dibalik tantangan tersebut banyak guru-guru yang mendedikasikan dirinya untuk mengajar di tanah Papua. Beliau memberikan contoh konkret semangat guru mengajar.
Salah satu guru di MI Hidayatullah dan sekaligus penerima beasiswa Baznas, Indarti mengatakan malu kalau mendengarkan kisah kisah tersebut. Karena menurutnya kita yang mengajar di pinggiran kota Jayapura harusnya bersyukur banyak kemudahan-kemudahan dalam mengajar. Indarti menyatakan akan terusir semangat mengajar di tanah Papua, walaupun sambil kuliah.
Selain itu, Kurniawan mengatakan bahwa pengalamannya mengajar di pedalaman memerikan nuansa yang berbeda. Baik cara mengajar maupun mencari siswa untuk belajar. Dengan kegigihannya sekolah tempat mengajarnya menjadi salah satu sekolah rujukan di daerahnya, yakni Arso X.
Diakhir pembinaan, Didik Efendi selaku mentor memberikan bekal yang harus dimiliki guru dalam mengajar di Papua, yakni memiliki kesabaran dan ketelatenan dalam mengajar, keterampilan dan pengetahuan dalam memilih dan menentukan model dan media pembelajaran, yang terakhir guru harus mempunyai dedikasi yang besar dalam mengajar di ujung timur Indonesia.
Harapan peserta pembinaan, pembinaan seperti ini harus sering dilakukan agar pendidikan di daerah daerah terpencil sama kualitasnya dengan daerah lainnya.